Bahan Baku Langka dan Mahal, Produsen Tempe Tahu di Sultra "Menjerit"
HALUANRAKYAT.com, KENDARI - Kelangkaan kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu terjadi di Sulawesi Tenggara dalam dua bulan terakhir.
Sejak bulan November tahun lalu, pasokan kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat dan disuplai kepada produsen tempe dan tahu di Sulawesi Tenggara mulai terhambat.
Seperti yang terjadi di sentra produksi tempe dan tahu yang ada di Desa Lambusa, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Salah seorang produsen tempe, Surono mengatakan, pasokan bahan baku kedelai yang dimasukkan oleh penyuplai berkurang jumlah dan intensitasnya sejak dua bulan belakangan ini.
"Ya memang kedelai sekarang ini langka. Harganya mahal sekali sekarang," ujar Surono yang ditemui di pabrik pembuatan tempe miliknya pada Minggu, 10 Januari 2021.
Surono menjelaskan, telah terjadi kenaikan harga bahan baku yang signifikan. Jika sebelumnya harga kedelai hanya Rp7.500 per kilo gram, saat ini harganya mencapai Rp9.000 per kilogram.
"Sebelumnya pasokan masuk itu satu kontainer, sekarang hanya sedikit. Lima ton saja sekali masuk," imbuhnya.
Untuk menyiasati kondisi ini, pria yang telah memproduksi tempe sejak tahun 1994 ini mengaku terpaksa mengurangi ukuran tempe yang ia produksi. Tempe-tempe yang ia distribusi ke berbagai pasar di Kota Kendari ini ukurannya jauh lebih tipis dan pendek dari biasanya.
"Sekarang ini yang penting kerja saja. Biar sedikit-sedikit yang penting lancar. Untuk ukuran tempenya jadi agak pendek, tipis dia, dikurangi isinya, tipis sekali sekarang," jelas Surono.
Menurutnya, langkah ini merupakan langkah yang terbaik yang bisa diambil oleh para produsen tempe ketimbang harus menaikkan harga jual.
"Harga jual tetap sama Rp1.000 per bungkus, ya tapi itu (ukurannya) sekarang agak tipis. Kalau dulu sehari bisa produksi 300 kilogram, sekarang hanya 250 kilogram," tambah Surono.
Surono berharap kelangkaan bahan baku kedelai ini menjadi perhatian pemerintah dan pasokan serta harga bahan baku ini dapat kembali menjadi normal.
"Ya minta supaya pemerintah bantu supaya harga (kedelai) normal lagi," pungkasnya.