HALUANRAKYAT.com, KENDARI -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) terus melakukan upaya dan edukasi Agara petani tidak gagal pada musim panen nanti.
Kepala Distanak Sultra, Dr. LM Rusdin Jaya mengatakan, banjir pada wilayah-wilayah pertanaman memang kerap terjadi setiap musim tanam tertentu.
"Kami selalu menekankan kepada para petani untuk MT (musim tanam) tertentu terus waspada pada perubahan dampak iklim (DPI) banjir seperti saat ini, intensitas hujan begitu tinggi, maka kewaspadaan kita terhadap pertanaman wajib lebih ekstra," ungkapnya.
Dikatakannya, pada areal pertanaman yang berbatasan dengan daerah aliran sungai atau bantaran kali, atau daerah yg rawan banjir, pihaknya mengedukasi kelompok tani.
"Kami meminta para petani untuk menjaga jadwal tanam untuk memastikan masa panen tidak bertepatan dengan musim penghujan," ungkap Rusdin.
"Agar pertanaman dilakukan pada daerah daerah yang tidak terimbas banjir atau genangan air yg berlebihan saat musim penghujan," sambungnya.
Ia menambahkan, Pemprov Sultra melalui Dinas tanaman Pangan dan Peternakan telah mempersiapkan benih padi atau benih jagung untuk daerah-daerah yang yg siap tanam pasca kena DPI banjir.
Mempersiapkan pupuk dan alsin untuk pengolahan bagi lahan-lahan yang terkena dampak perubahan iklim tersebut," tukas Rusdin.
Sementara itu, Amrin, Ketua Kelompok Tani Padaidi 1, Desa Lamoeri, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), mengemukakan, dampak banjir yang terjadi dipertanaman padi akibat luapan air sungai sangat merugikan mereka.
"Kami para petani meminta bantuan agar pemerintah segera turun tangan untuk memperbaiki daerah aliran sungai sehingga banjir tidak terjadi lagi," singkat dia.
Mengantisipasi dampak dari banjir tersebut, Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Provinsi Sultra, Eva Yanti Ariyani Nurdin, , menginstruksikan agar seluruh petugas POPT di lapangan siap siaga melakukan pengamatan, pemantauan dan pengawalan.
"Serta melaporkan kejadian banjir yang terjadi di setiap wilayah kerjanya dan selalu menjaga kesehatan serta keselamatan diri ketika bekerja," ungkap dia.
Sebab, akibat banjir tersebut menyebabkan kerugian bagi petani karena menyebabkan produktivitas menurun.
Berdasarkan pantauan dari petugas POPT lapangan, kejadian 11 Maret 2024 menunjukkan luas terkena 819 ha dan puso 25 ha pada tanaman padi. Jagung luas terkena 102 ha dan puso 7 ha. Kedelai luas terkena 92 ha dan puso 10 ha. Taksiran kehilangan hasil akibat banjir pada tanaman padi mencapai 1.571 ton. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat, apabila curah hujan meningkat.
Eva memberi arahan kepada petugas POPT lapangan untuk membuat laporan insidentil di wilayah yang terkena banjir.
"Selanjutnya laporan tersebut diteruskan ke pimpinan yaitu Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara serta pihak-pihak terkait lainnya untuk dilakukan upaya penanganan banjir lebih lanjut," tukasnya.