Skip to main content
BAIS

BAIS vs Densus 88: Benturan Mandat atau Simfoni Keamanan yang Belum Stabil?

HALUANRAKYAT.COM -- Bayangkan dua garda keamanan paling rahasia di negeri ini—satu di tangan TNI, satunya lagi di tangan Polri—bergandeng dalam gelap, tapi kadang melangkah tanpa irama yang sama. Inilah kisah BAIS dan Densus 88: masing-masing kokoh dalam domainnya, tetapi kisarnya koordinasi bisa menyalakan pencitraan "duel lembaga". Mari kita telusuri kenyataan di balik narasi tajam itu.

Bagian 1: BAIS – Otak Intelijen Strategis TNI

BAIS (Badan Intelijen Strategis) adalah “mata panjang” TNI dalam ranah intelijen — menyusun peta ancaman jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang, mendukung komando pusat dan Kementerian Pertahanan. Terstruktur dalam delapan direktorat, BAIS diatur lewat Perpres Nomor 62 Tahun 2016 dan beroperasi langsung di bawah Panglima TNI — fokus pada intel militer tanpa bawel hukum aparat penindakan.


Direktur C BAIS pernah tegas menyatakan: “Tanpa sinergi antar-agensi intelijen, keputusan strategis akan cacat data.”


Bagian 2: Densus 88 – Panser Penegakkan Hukum Anti-Teror

Densus 88 lahir pasca tragedi Bali 2002—spesialis kontra-terorisme Polri, didukung oleh AS & Australia dalam bentuk pelatihan dan peralatan modern. Fokusnya: penyidikan hingga penindakan langsung pada sel teror, termasuk kejadian besar seperti penangkapan Abu Dujana, operasi Anti-Terror Poso, hingga Madago Raya.


Namun, beberapa kasus—seperti laporan soal 121 tahanan tewas selama penyidikan—membuat Densus mendapat sorotan keras dari HAM.


Bagian 3: Mengapa Ada Goresannya—Meski Berbeda Jalur?

Domain berbeda, tapi irisannya nyata. BAIS mencermati ancaman skala makro; Densus 88 beraksi di medan langsung.
Ketika ancaman teror muncul, publik sering melihatnya sebagai garis lurus. Namun, yang terjadi di belakang sering berupa saling tunggu panggilan koordinasi. Dalam idealnya, BNPT menyinergikan skenario; tapi praktiknya, turbulensi informasi tak jarang muncul.


Contoh nyata persepsi keliru: kasus pengintaian pejabat kejaksaan oleh anggota Densus—publik simpulkan “intel militer ikut campur”, padahal BAIS tidak terlibat. Cerita itu lalu viral, menyalakan narasi “benturan peran”.
Reddit

Bagian 4: Sejarah Panjang—Belajar dari Era Lampau

Sejarah intelijen Indonesia penuh dinamika: mulai dari Brani dan BPI di era Sukarno, hingga pembentukan BAKIN pasca G30S-PKI, reformasi, dan akhirnya BAIS muncul pada tahun 1986 sebagai pengganti BIA. Semua itu menunjukkan betapa fluid-nya peran intel—dari tempur hingga perundangan.

Densus 88 menjadi jawaban atas era baru ancaman terorisme global, bukan sebagai tandingan, tetapi “tangan yustisi” dalam struktur keamanan nasional modern.

Penutup: Tiga Nada Tertinggal di Simfoni Keamanan

Mandat diferensial — TNI via BAIS untuk intel, Polri via Densus untuk hukum.

Koordinasi itu mahal harganya—tata kelola informasi harus diperhalus, agar publik tidak mudah populerkan narasi aksi bentur.

Kesadaran sejarah—bahwa “duel lembaga” sering lebih tampak, daripada realitas kerja sama yang tersembunyi.

Kita perlu simfoni keamanan yang harmonis, bukan dua orkestra berjalan sendiri. Memperkuat koordinasi lewat BNPT, memperjelas SOP di UU Intelijen, serta transparansi sebagian proses—itulah syair agar isu “BAIS vs Densus 88” mereda dan diganti menjadi "BAIS & Densus 88, duet demi keamanan bangsa."

 

Penulis: Muadz Akbar

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.