HALUANRAKYAT.com, KENDARI -- Universitas Halu Oleo (UHO) kembali menunjukkan kontribusinya dalam pelestarian warisan budaya melalui penelitian filologi yang dilakukan oleh enam orang Guru Besar (Profesor) mereka.
Tim Penelitian Dasar Internal UHO ini sukses menyelesaikan kajian mendalam terhadap manuskrip kuno peninggalan Kesultanan Buton yang berjudul “Miratut Tamam”.
Tim peneliti tersebut diketuai oleh La Niampe dan beranggotakan lima Guru Besar lainnya yakni Nasruddin Suyuti, Nurlansi, Akhmad Marhadi, La Ino, serta Suhadi.
Kajian filologi yang mereka lakukan disertai komentar teks terhadap manuskrip bersejarah tersebut.
Manuskrip ini, yang secara etimologi berjudul "Mirat al-Tamam" atau “Cermin yang sempurna”, memegang peranan krusial karena secara eksplisit memuat pernyataan mengenai adat dan hukum Kesultanan Buton. Penulis naskah kuno ini diketahui bernama Haji Abdul Ganiu, sebagaimana tercantum jelas dalam teks pembukanya.
Saat ini, naskah asli tersimpan dalam koleksi pribadi La Ode Abdul Muzakir, yang secara adat menjabat sebagai Lakina Agama Kesultanan Buton, dan berlokasi di Kelurahan Tarafu, Kecamatan Batu Poaro, Kota Baubau. Manuskrip ini, yang statusnya berupa fotokopi naskah asli, memiliki ketebalan 75 halaman dengan 19 baris tulisan per halaman.
"Meskipun naskah ini sudah relatif tua dan menunjukkan kerusakan fisik, terutama di bagian awal, isinya masih dapat dibaca dengan baik. Alas naskah yang digunakan adalah kertas jenis Eropa dengan cap kertas Propatria. Seluruh teks ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Arab-Melayu," ungkap La Niampe, Senin(3/11/2025).
La Niampe menjelaskan, manuskrip "Miratut Tamam" memuat beragam teks penting yang merekam sejarah dan sistem hukum Kesultanan Buton. Di antaranya adalah catatan mengenai Sejarah Hukum Adat Kerajaan Buton pada Masa Pemerintahan Sultan Dayanu Ikhsanuddin, transkrip tentang Sejarah Sifat Dua Puluh dan Martabat Tujuh menjadi Undang-Undang Hukum Adat Kerajaan Buton, serta Sejarah Masuknya Islam di Negeri Buton.
"Selain itu, naskah ini juga memuat Risalat yang Menyatakan Segala Rahasia Adat Negeri Buton dan detail Istiadat Negeri Buton menurut Sultan Malik Sirullah serta Sultan Mazharuddin. Kutipan awal teks dibuka dengan kalimat religius “Bismillahirahmanirrahim”, dan ditutup dengan pernyataan yang menegaskan otoritas kepegawaian adat, berbunyi: “… keempat, kuasa ia menurunkan nama pegawai adanya. maka sempurnalah nama kosarana itu dikata ia jaiz adanya. Tamat alkalam," bebernya.
Melalui kajian filologi ini, keenam Guru Besar UHO berharap temuan ini tidak hanya menjadi khazanah ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan landasan kuat bagi pemahaman generasi muda Buton terhadap kekayaan sejarah, hukum, dan identitas budaya mereka.