HALUANRAKYAT.com, KENDARI -- Pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Ketahanan Pangan bersama Bank Indonesia Sulawesi Tenggara menggelar pasar murah.
Kegiatan ini digelar selama dua hari mulai Kamis hingga Jumat (20-21/10/2022) di pelataran Tugur Religi Sultra (Eks Lapangan MTQ).
Penjabat Walikota Kendari, Asmawa Tosepu mengatakan, pasar muraj ini digelar dalam rangka menstabilkan harga pangan di Kota Kendari ini dengan cara memutus rentang kendali antara produsen dengan distributor dan mendekatkannya dengan masyarakat.
"Tadi saya cek ada selisih harga antara yang dijual di pasar umum dengan yang di lokasi pasar murah ini. Kami senantiasa terus menerus menurunkan angka inflasi di Kota Kendari ini. Kalau hasil evaluasi sampai pada Agustus 2022, Kota Kendari ini posisinya sangat bagus di angka 0,36 persen. Tantangan kita sekarang paling tidak mempertahankan angka 0,36 persen itu, syukur-syukur kita bisa menurunkan lagi angka itu," kata Asmawa.
Terkait hal itu, Asmawa mengatakan dirinya telah meminta Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan memohon dukungan dari stakeholder terkait seperti Bank Indonesia, Bulog, Kadin, pengusaha pangan lokal yang ada di Kota Kendari ini untuk sama-sama menggelar pasar murah.
"Ayo kita ke kecamatan-kecamatan untuk menghadirkan bazar pangan yang murah agar masyarakat daya belinya bisa lebih banyak lagi dan kuat," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Sultra, Doni Septadijaya mengatakan, pasar murah ini merupakan bagian dari program gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) di Sulawesi Tenggara.
Doni mengatakan, meskipun program GNPIP Bank Indonesia tak akan berdampak langsung terhadap pada penurunan inflasi, fokus BI Sultra adalah bagaimana membuat bussines model yang mungkin bisa diduplikasi di daerah-daerah lain.
"GNPIP kami mempunyai tiga fokus utama yakni bagaimana bisa menggunakan pekarangan, bekerja sama dengan pesantren dan bersinergi program yang sudah dijalankan di tempat yang lain seperti di Bombana dengan program desa holtikultura, di Konut sudah ada pemanfaatan lahan pertanahan. Nah itu yang kita sinergikan. Tetapi saya pastikan bahwa Bank Indonesia gak akan mampu meredam inflas di Sultra pada umumnya, yang kami coba adalah bagaimana bisa membantu agar proses pengendalian inflasi itu bisa lebih mudah dengan skala yang mempunyai impact," jelas Doni.
Ia membeberkan, sebagai langkah konkret dan responsif dalam memitigasi potensi risiko gejolak harga pangan di Sulawesi Tenggara, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah bersinergi untuk melaksanakan beberapa quick wins pengendalian inflasi, antara lain memperkuat sinergi TIm Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mewujudkan 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).
"Kami juga konsisten melakukan operasi pasar, pasar murah, dan sidak pasar. Kemudian implementasi Kerjasama Antar Daerah (KAD), akselerasi realisasi APBD untuk mendukung distribusi komoditas pangan, dan perluasan Gerakan TABE DI (TAnam caBE kenDalikan Inflasi).
"Kami juga punya gerakan TABE DI yang dilaksanakan sebagai bentuk implementasi perluasan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Sulawesi Tenggara yang diwujudkan dengan mendorong budidaya komoditas Cabai secara organik dengan penerapan konsep Urban Farming pada Kelompok Wanita Tani, Kelompok Tani, hingga Pondok Pesantren. Gerakan TABE DI pertama kali dilaksanakan di Kota Kendari pada 22 Agustus 2022 dan telah diperluas ke berbagai daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, antara lain Konawe Selatan, Kolaka Timur, Konawe Utara, hingga Bombana," pungkasnya.
Program Tanam Cabe di Pekarangan (Tabe' Di) telah dilaksanakan di Kota Kendari, Koltim, Konsel, Bombana, Konut, dan Baubau.