Menilik Sistem Among Ki Hadjar Dewantara dalam Kurikulum Merdeka
Oleh:
Trapsila Siwi Hutami, M.Pd.
(Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS - PPG Prajabatan Universitas Negeri Yogyakarta 2022)
Email: [email protected]
Menilik konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, tidak akan terlepas dari semboyan laku telu "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, semboyan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, dapat diartikan sebagai "di depan, seorang pendidik harus dapat menjadi contoh atau teladan; di tengah-tengah pendidik harus dapat memposisikan dirinya sebagai penggugah semangat dan pemberi inspirasi, dan di belakang, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan". Salah satu penggalan semboyannya yaitu "Tut Wuri Handayani", digunakan dalam logo Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai penghargaan bagi jasa-jasa Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan Indonesia.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang Belanda. Penting dalam pelaksanaan pendidikan adalah sistem yang digunakan, dalam hal ini pendidikan di Indonesia memiliki sistem pendidikan asli yang berakar dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Sistem pendidikan asli Indonesia ini tercipta dari gagasan otentik Ki Hadjar Dewantara yang disebut Sistem Among. Sistem Among pada awalnya diterapkan di Sekolah Taman Siswa, sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Among dalam bahasa Jawa berarti yaitu mong atau momong yang artinya mengasuh atau membimbing anak. Secara akademik, pendidik (guru dan dosen) dapat disebut dengan pamong yang bertugas dalam melaksanakan pengajaran dan pendidikan anak sepanjang waktu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sistem among memberikan gagasan bahwa pendidikan di Indonesia dapat terus maju dan berkembang, bahkan dapat bersaing di era global apabila anak diberikan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (perhatian dan dedikasi berlandaskan rasa kasih sayang terhadap anak).Penting bagi pendidik khususnya untuk memahami hal ini karena dalam pelaksanaan sistem among, pendidik dapat memberikan kebebasan untuk memilih cara belajarnya sesuai karakteristik masing-masing.
Salah satu kurikulum yang digunakan sekolah saat ini adalah Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka menekankan adanya kemerdekaan dalam belajar, dalam artian bahwa pelaksanaan pembelajaran didasarkan atas kebutuhan anak untuk pengembangan karakter dan kompetensinya. Kaitannya dengan Kurikulum Merdeka, sangatlah cocok apabila pendidik menerapkan sistem among dalam proses menuntun anak.
Proses menuntun anak dalam Kurikulum Merdeka, pendidik harus memperhatikan kemampuan awal anak agar dapat menentukan strategi menuntun yang sesuai pada setiap anak. Setiap anak adalah unik. Hendaknya pendidik tidak hanya berfokus pada bidang akademik saja. Bisa saja anak tidak menonjol pada bidang akademik, tetapi lebih menonjol pada bidang nonakademik seperti seni maupun olahraga, sehingga pendidik tidak boleh mengabaikan proses belajar anak. Kesesuaian strategi pembelajaran dan proses menuntun yang sesuai dengan kodrat alam, kodrat zaman, dan kemerdekaan anak diharapkan dapat meraih tujuan belajar yang sesungguhnya.
Seperti kita ketahui bahwa sistem among bersendikan dua hal pokok yaitu kodrat alam dan kodrat zaman, serta kemerdekaan. Pertama, kodrat alam dan kodrat zaman, dimana kodrat alam menitikberatkan pada pengertian bahwa anak berkembang dan tumbuh sesuai sosial budayanya, sedangkan kodrat zaman, pendidik hendaknya mampu menuntun dan mendidik anak sesuai perkembangan zamannya.
Misalnya pelaksanaan pembelajaran pada paradigma baru abad 21 pada Kurikulum Merdeka, mengedepankan pembelajaran menyenangkan dan tanpa beban pada diri anak, penggunaan strategi pembelajaran konstekstual agar pembelajaran lebih bermakna, pembelajaran berbasis teknologi agar proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien serta yang tidak kalah penting adalah mengasah keterampilan/skill diri anak sebagai bekal kehidupannya kelak. Kedua, terkait kemerdekaan dalam belajar dimana anak akan merasa bebas dalam belajar namun tetap terarah, agar tercipta kemandirian atas pengalaman belajarnya selama ini.
Selanjutnya, melalui Kurikulum Merdeka ini mari kita sama-sama membudayakan pendidikan dengan sistem among. Dengan ini, diharapkan dapat menciptakan pendidikan yang berpihak pada anak dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.