HALUANRAKYAT.com, KONAWE - Puluhan mahasiswa Universitas Lakidende (Unilaki) Konawe melakukan aksi anarkistis dengan membakar fasilitas kampusnya, Jumat (20/8/2021) malam.
Aksi itu bermula dari unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa dari Fakultas Teknik yang memprotes tindakan Rektorat Unilaki melakukan drop out terhadap seorang mahasiswa bernama Agim Pondanda.
Dalam unjuk rasa itu massa aksi membakar ban bekas di depan pintu utama Rektorat. Hal ini dilakukan karena pihak rektorat tidak kunjung menemui massa aksi.
Adapun tuntutan massa aksi adalah meminta Ketua Dewan Yayasan dan Rektor Unilaki untuk mencabut surat keputusan (SK) drop out terhadap Agim Pondanda.
Selain itu, mahasiswa juga meminta pihak Yayasan untuk mengeluarkan Wakil Rektor III dari Universitas Lakidende dengan alasan Wakil Rektor III tidak mampu menyelesaikan masalah yang terjadi di lingkup kemahasiswaan dan kelembagaan.
Sekitar pukul 15.20 WITA, Dekan Fakultas Teknik Unilaki, Asrul datang menemui massa aksi dengan menyampaikan beberapa poin antara lain bahwa dirinya telah menelpon Rektor Unilaki dan menyampaikan terkait tuntutan massa aksi serta menyampaikan agar Rektor menemui langsung massa aksi.
Terkait drop out terhadap Agim Pondanda, pihak Yayasan mengatakan bahwa SK DO terhadap mahasiswa sulit untuk ditarik karena SK DO tersebut merupakan simbol Yayasan atau Kampus.
Massa aksi tidak menerima penjelasan Dekan. Selanjutnya massa aksi bergerak menuju ke belakang gedung Rektorat dan mengeluarkan kursi serta meja ruangan Fakultas Teknik dan mencoba untuk dibakar.
Namun aksi pembakaran tidak dilanjutkan karena kehadiran Kapolres Konawe AKBP Wasis Santoso yang langsung menemui dan memediasi massa aksi.
Di hadapan mahasiswa, Wasis mengatakan dirinya akan bersedia memfasilitasi massa aksi dan pihak rektorat untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Namun, massa aksi tidak puas atas penyampaian Kapolres Konawe dan mengatakan akan melakukan aksi secara terus menerus hingga tuntutan mereka direaliasikan.
Pukul 18.30 WITA, massa aksi kembali melakukan orasi dengan melakukan pembakaran ban bekas serta fasilitas kampus berupa kursi dan meja.
Hal ini dilakukan karena tidak adanya kejelasan terkait tuntutan mereka serta adanya kekecewaan karena pihak Yayasan dan Rektor tidak ingin menemui mereka.
Hingga kini, massa tetap bertahan di kampus mereka dan masih menunggu adanya Rektor dan Ketua Yayasan menemui mereka.