HALUANRAKYAT.com, MUNA -- Salah satu kuliner khas Pulau Muna yang patut dijajal para rekan Traveler yaitu kambose atau kambuse, berasal dari bahasa Muna yang artinya jagung tua yang sudah dipisahkan dari kulitnya terus dibuka tongkolnya.
Merupakan salah satu jenis makanan non beras bersumber dari tanaman yang tumbuh subur di tanah Muna.
Makanan tradisional ini terbuat dari jagung putih atau jagung kuning yang merupakan hasil pertanian masyarakat Muna. Dari jagung yang sudah tua ini selalu disajikan saat makan sehari-hari dan acara adat yang disukai semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.
Bagi yang tua dan sudah tidak memiliki gigi biasanya menumbuk kambose dalam lesung atau digiling dengan alat bernama kagiling, agar bisa lebih mudah dikunyah.
Jika biasanya biji jagung muda masih diselimuti kulit tipis berwarna kuning, berbeda dengan olahan ini yang biji jagungnya tidak berselimut kulit, hal ini disebabkan cara pengolahan yang istimewa dalam kuliner ini.
Penduduk asli Pulau Muna menggunakan serbuk kapur yang ditambahkan saat jagung direbus. Membutuhkan ketepatan yang akurat agar kulit tipis biji jagung bisa lepas.
Jika terlalu banyak menambahkan serbuk kapur, tentu saja jagung tidak bisa dikonsumsi. Biji jagung yang telah direbus tersebut harus dicuci bersih dulu sebelum diolah kembali atau langsung dikonsumsi, untuk meluruhkan sisa – sisa serbuk kapur.
Olahan Kambose cenderung lebih lembut dibandingkan dengan yang biasa akibat tidak adanya kulit yang menyelimuti biji jagung.
Kambuse juga bisa dicampur dengan kacang merah secukupnya supaya lebih sedap dan bergizi tinggi. Makanan yang sering disebut “nasi jagung” ini akan lebih nikmat lagi jika dikonsumsi dengan lauk pendamping seperti ikan asin, ikan bakar / kenta katunu-tunu (bahasa Muna) dan sayur berkuah seperti sayur bening atau kadada katembe. (@sultanmusa97)
Sultan Musa, eksplorer pariwisata dan kuliner asal Samarinda, Kalimantan Timur berkontribusi dalam tulisan ini.