Skip to main content
UHO

Mengenal "Buri Wolio", Sistem Penulisan di Kerajaan Buton

HALUANRAKYAT.com, KENDARI -- Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar sosialisasi "Buri Wolio" kepada mahasiswanya, 2 Juli 2024.

Sosialisasi ini merupakan bagian dari program pengabdian lima dosen dari Jurusan Tradisi Lisan FIB UHO yakni, La Niampe, Hasdairta, Hisna, Mursin, dan Bainuddin.

Ketua Tim Sosialisasi, La Niampe mengatakan, salah satu aspek Bahasa Daerah yang perlu dipelajari adalah Bahasa Wolio.

Salah satu keistimewaan Bahasa Wolio adalah bahwa Bahasa Wolio ada di Kerajaan Buton dan memiliki sistem aksara yang baku, yang diambil dari aksara Arab dan Jawi.

Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan penggunaan “Buri Wolio” kepada mahasiswa Jurusan Tradisi Lisan, FIB UHO dan dapat mengembangkan pengetahuan dan minatnya mengenai Penggunaan “Buri Wolio” ini.

"Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah pendekatan kolaboratif. Dalam pengabdian ini, tim pengabdian melakukan sosialisasi yang didalamnya terdapat pembimbingan, diskusi dan konsultasi mengenai penggunaan “Buri Wolio” yang baik dan benar," kata La Niampe.

Guru Besar Ilmu Filologi itu menjelaskan, dalam sosialisasi itu disediakan sumber referensi yang relevan dan juga pemberian materi yang dilakukan oleh ahlinya.

"Melalui sosialisasi penggunaan “Buri Wolio” bagi Mahasiswa Jurusan Tradisi Lisan FIB UHO ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa agar ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat lebih berkembang khususnya dalam bidang ilmu Filologi.

La Niampe menjelaskan, tulisan Arab dan Jawi di Wolio telah menciptakan sistem penulisan baru yang disebut “Buri Wolio”.

Buri Wolio atau Tulisan Wolio, ini diambil dari aksara Arab-Jawi, tetapi sebagian dalam penggunaannya sudah mengalami penyesuaian berdasarkan ciri khusus Bahasa Wolio. Buri Wolio ini adalah sistem tulisan yang digunakan untuk menulis Bahasa Wolio.

UHO


"Pada dasarnya, sosialisasi mengenai penggunaan Buri Wolio ini perlu diperkenalkan dan dikembangkan di kalangan mahasiswa terkhusus mahasiswa Tradisi Lisan mengingat adanya mata kuliah Filologi yang terdapat di Jurusan Tradisi Lisan. Salah satu upaya dalam mempelajari filologi adalah agar dapat mengungkap informasi mengenai kehidupan masyarakat di masa lampau, mengenal sejarahnya, adat istiadat dan juga pemikiran maupun hasil karyanya, yang tersimpan dalam bentuk peninggalan tertulis atau disebut sebagai naskah kuno atau lama," beber La Niampe.

Dalam sosialisasi ini terungkap, karakteristik utama Tulisan Wolio adalah Modifikasi Aksara Arab. Tulisan Wolio bukanlah penemuan yang sepenuhnya baru, melainkan hasil modifikasi dari aksara Arab.

Aksara Arab, sebagai salah satu sistem penulisan tertua dan paling luas digunakan di dunia, telah mengalami berbagai modifikasi seiring dengan penyebarannya ke berbagai wilayah dan digunakan untuk menulis berbagai bahasa. Modifikasi ini dilakukan untuk menyesuaikan aksara Arab dengan fonologi dan morfologi bahasa yang berbeda-beda.

"Selain menggunakan huruf-huruf Arab yang sudah ada, tulisan Wolio juga memiliki beberapa huruf tambahan yang diciptakan khusus untuk mewakili bunyi-bunyi dalam bahasa Wolio yang tidak ada padanannya dalam bahasa Arab. Adapun alasan penambahan huruf dalam aksara Wolio adalah fonologi Bahasa Wolio. Bahasa Wolio memiliki sejumlah bunyi yang unik, seperti konsonan sengau dan vokal panjang yang tidak terdapat dalam bahasa Arab standar," imbuhnya.

Hal yang unik dalam Buri Wolio adalah penggunaan dialektika. Aksara Wolio seringkali menggunakan dialektika atau tanda tambahan untuk mengubah nilai bunyi suatu huruf.

Hal ini memungkinkan mereka untuk menuliskan berbagai macam bunyi dalam bahasa Wolio dengan jumlah huruf yang terbatas.

Selain itu, terdapat bentuk huruf yang khas. Bentuk huruf dalam aksara Wolio memiliki karakteristik yang berbeda dengan bentuk huruf Arab standar. "Beberapa huruf mengalami perubahan bentuk yang cukup signifikan untuk mengakomodasi bunyi-bunyi dalam bahasa Wolio. Hal lain adalah Aksara Wolio tidak hanya digunakan untuk menuliskan teks-teks keagamaan, tetapi juga digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, seperti penulisan surat, catatan, dan dokumen penting lainnya," jelas La Niampe.

Sosialisasi ini menjelaskan bahwa tidak semua aksara Arab digunakan mewakili fonem Bahasa Wolio. Hanya 17 buah huruf yang digunakan dalam penulisan fonem Bahasa Wolio dari 28 huruf Arab, yaitu huruf: ﺍ ﺏ ﺕ ﺝ ﺡ ﺩ ﺭ ﺯ ﺱ ﻒ ﻛ ﻝ ﻢ ﻥ ﻭ ﻫ ﻱ dan juga ada 5 buah huruf yang diambil dari huruf Arab-Melayu yaitu ڽ ,ݢ ,ڤ  ,ڠ,  ﭺ .

Kegiatan pelatihan diakhiri dengan berbagi informasi tambahan oleh narasumber mengenai naskah yang telah ditransliterasi harus diterjemahkan agar dapat difahami makna dan pesan yang terkandung didalamnya.

Terjemahan naskah kuno adalah proses penerjemahan teks-teks tertulis yang berasal dari masa lalu ke dalam bahasa modern yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat saat ini.

Naskah-naskah ini bisa berupa manuskrip, prasasti, atau dokumen-dokumen lain yang ditulis pada bahan-bahan seperti daun lontar, kulit binatang, kertas, atau media lain yang umum pada zamannya.

Terjemahan naskah kuno merupakan pekerjaan yang kompleks dan menuntut ketelitian serta keahlian khusus. Namun, hasil dari proses ini sangat berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian budaya.

Adanya sosialisasi ini diharapkan secara tidak langsung dapat menambah minat mahasiswa Tradisi Lisan mengenai penggunaan Buri Wolio, tidak hanya bagi mahasiswa sendiri namun juga masyarakat luas. Selain daripada itu banyak upaya pelestarian yang dapat dilakukan. 

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.