HALUANRAKYAT.com, KENDARI -- Kunjungan Calon Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua ke Wakatobi baru-baru ini diwarnai suasana haru dari para pedagang Pasar di Pulau Wangi-Wangi.
Ada kerinduan dari masyarakat terhadap sejumlah predikat yang disandang Wakatobi di masa Hugua menjadi bupati.
Hampir satu dekade terakhir Wakatobi nyaris tenggelam dari pentas pariwisata nasional. Wakatobi yang dulu dikenal sebagai daerah wisata berkelas dunia, bahkan menyandang predikat 10 Top Destinasi Pariwisata Nasional, kini relatif lesu karena kunjungan wisatawan menurun drastis. Wakatobi yang dulu pasarnya sangat ramai dan hampir setiap rumah berjualan makanan tradisional, kini sudah sangat langka.
Wakatobi yang dulu dibanjiri event wisata dari berbagai belahan dunia kini hanya tinggal sesekali saja. Belakangan Wakatobi malah kehilangan jadwal rutin transportasi udaranya sebagai jalur utama transportasi wisatawan.
Pedagang pasar sentral Wakatobi, Wa Dere mengungkapkan setelah Hugua tak lagi menjabat, daya beli masyarakat menurun. Terjadi kelesuan ekonomi yang luar biasa hampir 10 tahun belakangan ini. Para pedagang, petani, nelayan mengeluh karena pendapatan menurun drastis. Sebab oleh bupati paska Hugua, visi yang berorientasi global tak berjalan. Akibatnya, Wakatobi terancam kembali di masa terbelakang.
"Dulu di zaman Pak Hugua penghasilan kami per bulan bisa mencapai Rp50 juta. Sekarang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, satu hari palingan kita laku 10-20 liter,” keluh Wa Dere, Senin (06/05/2024), saat diwawancarai.
“Hugua pergi sepertinya juga membawa rezeki kampung ini, makanya Hugua mestinya kau kembali lagi jadi bupati” tambah Wa Dere dengan polosnya. Ia karena tidak paham bahwa Hugua tidak mungkin tiga periode jadi bupati dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Hal yang sama diungkapkan pedagang beras di Pasar Pagi Wanci, Wa Ode Mulida. Untungnya, kata dia, anak-anaknya kini semua sudah lulus sekolah.
“Kalau anak saya baru mau kuliah dengan kondisi sekarang ini, saya tidak mampu mungkin,” ucapnya.
Begitu pula yang dialami La Juma, pedagang bumbu dapur. Kata dia, saat ini keuntungan hasil jualannya hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, karena pasar pagi sudah tidak lagi ramai seperti dulu.
Tak jauh berbeda dengan rumput laut, yang menjadi salah satu sektor penopang ekonomi masyarakat Wakatobi khususnya di Pulau Wangiwangi. Sejak 2018 silam, memang produksi rumput laut menurun.
“Dari tahun 2018 lalu rumput laut di sini mulai rusak. Dulu yang buat rame pasar itu kebanyakan petani rumput laut. Kalau sekarang sudah rusak ini, kita mau apa,” keluh Kari salah seorang petani rumput laut, Desa Liya Bahari Indah, Kecamatan Wangiwangi Selatan.
Kini Hugua mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara periode 2024-2029. Visinya tidak banyak berubah, yaitu peningkatan ekonomi dengan menggerakkan sektor pertanian, perikanan dan pariwisata yang potensinya sangat besar dimiliki Sulawesi Tenggara, dia meyakini masih tetap akan berdampak multi dimensi bagi masyarakat.